Ketika
renungan ini ditulis, sebagian besar umat Muslim sedang menunaikan
ibadah puasa Ramadhan. Sebagian kecil umat Kristen di Indonesia, juga
melakukan ibadah yang sama, bahkan mereka berpuasa selama 40 hari. Tentu
saja banyak orang, baik yang beragama Islam maupun Kristen
terheran-heran, mengetahui mengapa pengikut Kristus juga “ikut-ikutan“ berpuasa. Sejak kapan?
Teman
saya, sesama hamba Tuhan, bertanya pada saya mengapa kita harus
berpuasa pada saat bulan Ramadhan? Bukankah tidak ada ketentuan hari
atau bulan kapan orang Kristen harus berpuasa? Saya hanya menjawab
ringan, “Kan enak, bisa puasa rame-rame, banyak teman. Alkitabiah kalau puasa pada bulan-bulan Ramadhan. ”Tentu saja itu bukan jawaban yang serius.
Memang,
pendapat teman saya itu tidak salah. Tidak ada kewajiban bagi kita
untuk berpuasa pada hari atau bulan tertentu. Tetapi yang jelas, sejak
zaman Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB), berpuasa bagi umat
Tuhan sudah dilakukan. Ketika nabi Yunus mengumumkan bahwa Allah akan
menunggangbalikkan Niniwe, maka Raja Niniwe, seluruh rakyat, dan
binatangnya berpuasa dan bertobat dari segala dosa (Yunus 3:7-9). Raja
Daud juga berpuasa. Anaknya dari Batsyeba sakit keras (2 Sam. 12:16)
akhirnya Daud menyesali dosanya. Lalu ada Daniel, Ester, dan banyak
nabi, rakyat bahkan binatang yang berpuasa, yang ditulis dalam PL. Dalam
PB, ada Yesus yang berpuasa 40 hari. Semua orang Kristen, seharusnya
tahu kisah Yesus yang dicobai di padang gurun seusai menyelesaikan puasa
40 hari. Kalau ada yang tidak tahu, itu namanya “kebangetan”.
Tetapi
kebangetan atau tidak, bukan itu masalah yang ingin saya tulis. Yang
penting adalah mengenai puasa itu tadi. Ketika teman saya menanyakan hal
puasa tadi, saya malah bertanya balik, “Berpuasa itu baik
nggak?Alkitabiah nggak? Bermanfaat nggak? ”Ketika teman sayamengatakan
“iya”, saya lanjutkan “pencerahan” saya. Kalau begitu berpuasalah,
mengapa tidak. Saya tentu tak usah berpanjang lebar menjelaskan tentang
berpuasa. Wong dia sarjana teologi.
Sebenarnya
Alkitab sendiri sudah menulis dengan gamblang mengapa berpuasa perlu
dilakukan orang Kristen. Ada cukup banyak kisah dalam Alkitab. Raja
Niniwe beserta rakyat dan binatangnya berpuasa untuk bertobat dan
berbalik dari dosanya sehingga menyurutkan murka Allah. Daud berpuasa
menyesali dosanya dan mendapat pengampunan. Daniel berpuasa untuk
mendapatkan hikmat Allah. Ratu Ester berpuasa saat harus berjuang
mempertaruhkan hidup atau matinya. Tuhan Yesus berpuasa dan menang atas
pencobaan. Paulus berpuasa tiga hari dan dia diutus untuk melayani (Kis.
9:9).
Puasa
yang ingin saya tekankan di sini adalah tidak makan dan tidak minum.
Misalnya mulai jam 22.00 sampai dengan jam 18.00, baru buka. Nah ketika
berpuasa itu, bagi yang bekerja, tetap saja bekerja seperti biasa tetapi
harus memiliki jam untuk berdoa, membaca Alkitab, atau beribadah. Kalau
ada rasa haus dan lapar pasti terasa, terkadang amat terasa. Namun doa
dan Firman Tuhan yang kitabaca akan menguatkan kita.
Saya
tahu benar, ada gereja yang mewajibkan para hamba Tuhan berpuasa 4 hari
3 malam, tidak makan dan tidak minum yang dilakukan di sebuah hotel di
Puncak. Mereka berdoa, berpuasa, dan beribadah. Ketika saya menceritakan
hal ini kepada teman saya tadi yang tidak pernah berpuasa, komentarnya
adalah “Wah ekstrim amat”. Tetapi banyak para peserta puasa total
seperti itu juga mendapat mukjizat yang ekstrim. Berbagai penyakit
sembuh, persoalan dan beban yang berat selesai.Ada yang bertahap, ada
yang seketika. Apakah semuanya sembuh atau selesai? Sayang sekali, tidak
ada jawaban tuntas. Puasa ‘kan bukan lampu aladin, bim salabim langsung
jadi. Tetapi seandainya semua persoalan atau masalah belum terjawab
juga, kita pastiakan mendapat kekuatan baru untuk menghadapi masalah
tersebut. Jika puasa itu menarik kuasa Ilahi yang ajaib, Alkitab
menuliskan hal itu. “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa
dan berpuasa” (Mat. 17:21). Yesus sendiri mengatakan hal itu.
Masih
banyak lagi manfaat berpuasa bila dilakukan dengan niat yang kudus.
Puasa juga melatih roh kita agar lebih kuat, meski tubuh lemah. Peka
mendengar suara Tuhan, melatih kesabaran, mengekang keinginan daging,
seperti Daniel dan kawan-kawannya yang tidak mau menikmati makanan
istana (yang tentunya mak nyus), juga memberi keberanian melakukan
kebenaran yang harus dilalui dengan menantang maut seperti Ratu Ester.
Yang
jelas Tuhan Yesus sendiri berpuasa. Dia yang kudus dan mulia, mengapa
kita tidak mengikuti ajaran-Nya untuk berpuasa? Karena sebenarnya
berpuasa tak sekadar menahan lapar dan haus. Lebih dari itu untuk
merendahkan diri dihadapan Yang Maha Kuasa dan lebih mendekat pada-Nya.
Puasa memang bukan suatu keharusan, apa lagi kewajiban. Tetapi kalau
puasa mendatangkan kuasa, penguasaan diri, dan sangat Alkitabiah,
mengapa tidak ? (Sri Rastiti)
By.yamari.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda...
Agar dapat turut membangun Majalah Remaja ini
bagi yang tidak memilik acount dapat berkomentar sebagai anonymous...
Terimakasih
god bless...