Pembahasan mengenai pendidikan dalam keluarga menjadi suatu keunikan tersendiri
bagi masyarakat pascamodern sekarang ini. Seiring dengan perkembangan zaman yang
sedemikian pesat berdampak pulapada semakin meningkatnya kesadaran orang untuk mengikuti
perkembangan tersebut.
Namun, kesadaran tersebut pada akhirnya berimbas kepada nilai-nilai
pendidikan pada umumnya. Nilai-nilai etika-moral dan spiritual menjadi
bergeser. Pendidikan zaman ini lebih menekankan kepada aktualisasi kemampuan diri
semaksimal mungkin. Itu sebabnya, tidaklah mengherankan bila sekarang ini
setiap instansi pendidikan berlomba-lomba menawarkan berbagai sarana prasarana
untuk melatih dan mengembangkanbakat serta kemampuan anak.
Pemahaman ini mempengaruhi pendidikan di dalam keluarga.
Kebanggaan orangtua masa kini adalah bila memiliki anak-anak yang
berprestasi baik di sekolah, gereja atau instansi lainnya. Budi pekerti dan
nilai-nilai
spiritual menjadi barang yang langka dalam dunia pendidikan masa kini.
Seorang pakar pendidikan di Amerika, Nicholas P. Walterstorff,
mengatakan, “education is a way of being in the world.” 1 Pendidikan adalah
suatu cara untuk berada di dalam dunia ini. Dengan kata lain,
Walterstorff ingin menekankan bahwa pendidikan juga tidak boleh mengesampingkan
nilai-
nilai etika-moral dan spiritual. Pendidikan yang diberikan harus bersifat
holistik, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Keluarga adalah tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.
Melalui keluarga, anak belajar bagaimana caranya untuk hidup dalam dunia ini.
Oleh karena itu, Alkitab memberitahukan dua hal penting yang tidak boleh
dilupakan dalam pendidikan keluarga.
Pendidikan Dalam Keluarga
Menurut ALKITAB
1. God Centered Education (Allah Sebagai Pusat Pendidikan)
Orang Yahudi sangat menekankan ajaran dan hukum Allah dalam pendidikan
keluarga. Hal ini merupakan perintah Allah kepada mereka
melalui nabi Musa ketika mereka belum memasuki tanah Perjanjian 2. Allah
memberikan aturan-aturan dan ketetapan-ketetapan untuk diajarkan kepada
orang Yahudi agar mereka dapat hidup sesuai dengan kehendakNya. Semua
aturan dan ketetapan itu membutuhkan tanggungjawab orang Yahudi untuk
melaksanakannya.
Pendidikan dalam keluarga seharusnya menitik beratkan tentang
tanggungjawab terhadap Tuhan dan sesama, bukan semata pada pencapaian
karier dan aktualisasi diri. Cara orang Kristen untuk berada dalam dunia
ini adalah dengan hidup bertanggungjawab, hidup menyembah Allah dan hidup
dengan nilai-nilai etika moral. Untuk itulah pendidikan dalam keluarga
diadakan.
2. Educating For Shalom (Mendidik Untuk Damai Sejahtera)
Di tengah dunia yang penuh dengan kepalsuan, keserakahan dan kejahatan,
membuat manusia hidup penuh dengan kekuatiran dan ketakutan.
Pendidikan dalam keluarga seharusnya mengajarkan shalom.
Komunitas orang percaya adalah komunitas damai sejahtera, karena Allah
adalah Sang Damai itu sendiri. Seseorang yang memiliki shalom, berarti
ia adalah orang yang berdamai dengan Allah, dengan dirinya, dengan
sesama, dan dengan alam sekitarnya. Konsep ini mempengaruhi cara seseorang
berinteraksi dengan Allah, sesama dan lingkungan alam sekitar.
Keluarga yang tidak mampu menghadirkan shalom kepada anggotanya akan
melahirkan manusia-manusia yang gagal berelasi terhadap Allah,
sesama dan alam. Shalom dapat diperoleh bila keluarga itu mengutamakan
Tuhan dan membangun sebuah mezbah dalam keluarganya. Sesama anggota
keluarga saling terikat di dalam kasih dan persekutuan dengan Allah.
Keterikatan kasih mendatangkan damai bagi orang-orang yang tinggal dalam
keluarga tersebut. Pendidikan dalam keluarga seharusnya mengarahkan
manusia kepada sebuah potret kehidupan yang diperkenan Allah.
Sumber :
1. Nicholas P. Walterstorff, Educating For Life (Grand Rapids: Baker
Academic, 2002) 93.
2.“Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan
yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan
memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah
nenek moyangmu.”
(Ulangan 4:1).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda...
Agar dapat turut membangun Majalah Remaja ini
bagi yang tidak memilik acount dapat berkomentar sebagai anonymous...
Terimakasih
god bless...