BUAH ROH
Paulus
menyebutkan dalam Galatia 5: 22-23 buah Roh yang harus nampak dalam kehidupan
orang kristen. Buah Roh itu ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.
Menurut
kesaksian Alkitab, buah roh ini tidak akan dapat dimiliki oleh seseorang dengan
usaha sendiri. Sebab hidup manusia telah dikuasai oleh dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah (Roma 3:23). Kita dapat melihat misalnya dalam Yohanes 15: 1-8.
Sebatang ranting tidak akan dapat mengeluarkan buah anggur apabila ia tidak
melekat pada pokok anggur itu. Demikian juga dengan kita. Kita tidak akan dapat
menampakkan buah roh apabila tidak melekat pada pokok anggur itu sendiri, yaitu
Tuhan Yesus Kristus.
Dengan kata
lain, kita dapat mengatakan bahwa buah roh dapat terwujud dalam hidup seseorang
apabila ia beriman kepada Kristus dan mau menyalibkan segala hawa nafsu dan
keinginannya yang bertentangan dengan Allah (Galatia 5:24). Buah roh
adalah sikap hidup yang nampak sebagai hasil dari kedekatan hubungan kita
dengan Allah; hasil dari penyerahan diri yang utuh kepadaNya.
Kehidupan
menurut Roh bertentangan dengan kehidupan di dalam daging (=hawa nafsu dan
keinginan yang bertentangan dengan kehendak Allah). Galatia 5: 17 menyatakan
dengan jelas kepada kita, “Sebab keinginan daging berlawanan dengan
keinginan Roh, dan keinginan Roh bertentangan dengan keinginan daging, karena
keduanya bertentangan…” Dalam diri manusia memang terdapat suatu
pertentangan antara mengikuti keinginan daging atau keinginan Roh. Apabila kita
menuruti kehendak Roh maka kita dapat mengalahkan keinginan daging.
Itulah sebabnya Paulus berkata, “Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan
menuruti keinginan daging” (Galatia 5:16).
Allah
menginginkan kita agar menampakkan buah roh dalam sikap hidup kita. Sebab hidup
menurut Roh menunjukkan ciri hidup sebagai anak-anak Allah. Dalam Roma 8: 14
dikatakan, “Semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah Anak Allah.”
Dengan demikian, buah roh merupakan bukti nyata dari kehidupan sebagai
anak-anak Allah. Pada bagian berikut kita akan membahas lebih mendalam
satu-persatu dari buah roh tersebut di atas.
KASIH
Dalam
Perjanjian Baru terdapat empat kata yang apabila diterjemahkan berarti
Kasih. Keempat kata itu ialah Agape, Philia, Storge dan eros.
Agape. Kata agape menunjuk pada kasih yang
sifatnya tulus. Tidak mengharapkan balas jasa. Kasih yang tidak bersyarat.
Kasih Agape adalah kasih yang rela mengorbankan dirinya bagi orang yang
dikasihi. Rasul Paulus menjabarkan arti kasih
agape ini dalam I Korintus 13: 4-7 sebagai berikut, Kasih
itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong…” Karya Kristus Yesus merupakan perwujudan dari kasih agape
ini.
Philia adalah kasih persahabatan atau kasih
persaudaraan. Kasih ini terbatas pada hubungan sahabat dan sifatnya bersyarat,
yaitu akan mengasihi apabila dikasihi, menghormati apabila dihormati.
Storge adalah kasih yang timbul karena
adanya ikatan keluarga. Misalnya seorang anak kepada orangtua; kakak kepada
adik dan sebagainya. Kasih ini terbatas pada lingkungan keluarga. Sehingga
bersifat eksklusif (tertutup untuk kalangan sendiri) dan menutup kemungkinan
untuk mengasihi anggota kelompok yang lain.
Eros adalah kasih yang bersumber pada
daya tarik seksual kepada jenis kelamin lain. Jadi kasih eros lebih cenderung
kepada nafsu syahwat. Puncak dari kasih eros ini adalah hubungan seksual antara
pria dan wanita dalam ikatan pernikahan. pada prinsipnya kasih eros ini baik.
Sebab Allah sendiri yang memberikannya. Eros bukan sesuatu yang najis.
Tetapi kasih eros dapat menjadi sumber dosa apabila dilepaskan dari
prinsip-prinsip iman kepada Alah.
Buah Roh
kasih yang terdapat dalam Galatia 5: 22 menunjuk kepada kasih yang agape.
Kasih yang tidak terbatas pada kelompok tertentu tetapi merangkul semua
kelompok. Kasih yang tidak terbatas pada orang tertentu tetapi pada semua
orang. Kasih yang tidak bersyarat melainkan kasih yang rela memberi bahkan siap
mengorbankan diri bagi orang yang dikasihi.
SUKACITA
Buah Roh
Sukacita diterjemahkan dari kata Yunani ‘Khara’. Menurut I Samuel
2: 1, kehidupan sukacita terjadi karena manusia berlindung kepada Allah. Jadi,
sumber sukacita yang abadi hanya pada Tuhan Allah saja. Oleh sebab itulah,
Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma mengatakan, Semoga Allah, sumber
pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita.”
Ciri dari
kehidupan kristen adalah bersukacita. Kita senantiasa bersukacita karena
Kristus Yesus telah mati bagi kita dan Ia telah bangkit. Oleh sebab itu, kita
dapat bersukacita dalam keadaan apa pun (Matius 28: 5-8).
Dengan
demikian, sukacita merupakan pengungkapan dari sikap hidup yang bersandar
kepada Tuhan. Perasaan sukacita yang lahir dari pengakuan iman tersebut di atas
tidak akan pudar atau rapuh di tengah situasi apapun. Kita tetap dapat
bersukacita walaupun ditengah suasana penuh penderitaan dan kesusahan. Dalam
Filipi 4: 10, Paulus berkata, “Aku sangat bersukacita dalam Tuhan.”
Karena Paulus bersukacita dalam Tuhan maka ia dapat menanggung segala
persoalan/pergumulan hidup; seperti yang dikatakannya dalam Filipi 4: 13, “Segala
perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
DAMAI
SEJAHTERA
Buah Roh
“Damai sejahtera” diterjemahkan dari kata ‘Eirene’ (Yunani). Dalam
bahasa ibrani, damai sejahtera diungkapkan dengan kata “Syaloom.”
Sebenarnya Eirene
atau Syaloom lebih tepat kalau diterjemahkan dengan: damai sejahtera
yang penuh selamat; atau keselamatan yang penuh dengan damai sejahtera. Sebab
Allah sendiri hadir di tangah-tengah umatNya untuk membawa damai-sejahtera dan
keselamatan. Damai sejahtera adalah pemberian istimewa yang diberikan Tuhan
Yesus kepada para pengikutNya (Yohanes 14: 27).
Kehadiran
Allah yang membawa damai sejahtera yang penuh selamat bagi manusia tampak
dalam Lukas 2: 1-4. Allah, dalam Yesus Kristus berada di
tengah-tengah kehidupan sejarah umat manusia. Sehingga para malaikat bernyanyi:
“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi dan damai sejahtera
(eirene) di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya.” Damai
sejahtera yang penuh keselamatan dari Kristus juga nampak dalam peristiwa
kebangkitanNya. Setelah kebangkitanNya, Yesus menyapa para muridNya dengan
sapaan: “Damai sejahtera bagi kamu.” (Yohanes 20:19).
Buah Roh
damai sejahtera bukanlah sesuatu yang dapat kita usahakan sendiri. Kita dapat
hidup dengan damai sejahtera apabila kita berdamai dengan Allah. Sebagai
orang berdosa yang diselamatkan oleh Yesus Kristus kita dibenarkan oleh iman.
Sebab itu, kita dapat hidup dalam damai sejahtera dengan Allah (Roma 5:10;
Efesus 1: 20). Mereka yang diperdamaikan dengan Allah akan memperoleh damai
sejahtera yang melampaui segala akal dalam hati dan pikirannya (Filipi 4: 6-7).
Langkah kedua yang harus kita lakukan agar hidup damai sejahtera ialah kita
harus menjalani hidup yang digiatkan dan dipimpin oleh Roh Kudus.
KESABARAN
Buah Roh
kesabaran diterjemahkan dari kata Yunani ‘Makrothumia.’ Pengertian Makrothumia
menunjuk kepada sikap kesabaran yang begitu besar dan hati yang panjang sabar.
Sikap seperti ini hanya dapat kita wujudkan apabila kehidupan kita berakar pada
kehidupan pribadi Tuhan sendiri. Sebab Allah adalah Allah yang panjang sabar
dan penuh kasih setia. Sebagaimana Alah sabar terhadap manusia, maka Paulus
menganjurkan, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah
seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendan terhadap yang lain,
sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat juga demikian” (Kolose
3: 13). Jadi jelas bahwa sikap panjang sabar berkaitan erat dengan sikap
mengampuni.
Sedangkan
pengertian sabar dalam menanggung penderitaan dipergunakan kata ‘Hupomone.’
Dalam makna kata ini terkandung sifat ketabahan, ketekunan dan sabar menanggung
penderitaan. Orang yang mempunyai ‘hupomone dalam hidupnya tidak akan mudah
menyerah, tidak cepat putus asa. Justru sebaliknya akan mencari jalan keluar
dan melihat apa makna di balik peristiwa yang tengah dihadapinya.
KEMURAHAN
Buah Roh
kemurahan diterjemahkan dari kata ‘Khrestotes.’ Pada prinsipnya khrestotes
berkaitan dengan sikap kemurahan Allah. Roma 2:4 menyatakan bahwa maksud
kemurahan Allah adalah menuntun kita kepada sikap pertobatan.
Dengan
demikian, kemurahan Allah yang kita terima bukan karena hasil perbuatan baik,
jasa, amal yang kita lakukan tetapi hanya berdasarkan anugerah Alah semata. Hal
ini sejajar dengan apa yang dikatakan Paulus dalam Efesus 2: 8-9, sebab
karena kasih karunia kamu diselamatkan, itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah…”
Tetapi kita
perlu ingat ! Kemurahan Allah yang kita terima juga merupakan suatu pangilan
bagi kita untuk melaksanakan kemurahan Allah dalam hidup kita kepada sesama.
Sebagaimana Allah bermurah hati kepada kita maka kita pun dipanggil untuk
bermurah hati kepada sesama, yaitu dengan menyerahkan hidup kita sepenuhnya
kepada Allah sebagai persembahan yang hidup.
Rasul Paulus
menasihatkan kita demikian, “…demi kemurahan Allah aku menasijatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati.” Dan kita
dipanggil juga untuk melakukan kemurahan Allah itu di dalam kesukacitaan (Roma
12;8).
KEBAIKAN
Buah Roh
kebaikan diterjemahkan dari kata Yunani “agathosune” yang
mempunyai arti elok, patut, terhormat dan tanpa cela serta yang patut
dikagumi.
Pada
dasarnya kebaikan adalah sifat Allah. Dia adalah Sang Kebaikan itu sendiri.
Sehingga hnya Allah saja yang dapat menjadi sumber kebaikan. Mazmur 31: 20
berkata, “Alangkah limpahnya kebaikanMu yang telah Kau simpan bagi orang
yang takut akan Engkau…” Bahkan sebenarnya sejarah kehidupan manusia
diwarnai oleh kebaikan Allah. Hal ini dapat kita lihat dari kesaksian Mazmur
65: 12, “Engkau memahkotai tahun dengan kebaikanMu.”
Kebaikan
tidak pernah ditujukan kepada diri sendiri. Demikian juga dengan kebaikan
Allah. KebaikanNya selalu ditujukan kepada kita. Jika Allah masih mau
memedulikan orang-orang berdosa itu adalah karena kebaikanNya semata.
Kadang ada orang yang yakin bahwa ia memperoleh keselamatan dari Allah karena
perbuatan baiknya. Sebenarnya, bukan kebaikan kita yang menolong tetapi karena
kebaikan Dia kepada kita. Kita diselamatkan bukan karena kita baik; melainkan
karena Dia baik pada kita. Pertobatan adalah pengakuan bahwa kita sama sekali
tidak baik. Sehingga berbalik dari dosa dan kejahatan kita lalu
menyerahkan segenap kehidupan kita kepada Allah. Jadi karena bertobat orang
dapat berbuat baik
Hal lain
yang perlu kita pahami ialah bahwa kebaikan Allah bukan merupakan sifat yang
lemah. Kadang-kadang kebaikan Allah dinyatakan dalam suatu tindakan yang
menghajar kita. Ini dapat kita lihat dalam Ibrani 12: 10, “Tetapi Dia
menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam
kekudusanNya”. Jadi kebaikan Allah dapat juga diperlihatkan dalam tindakan
yang kadang menyakitkan kita. Tetapi itu semua Allah lakukan untuk
memperingatkan kita dari kesalahan dan agar kita tetap memperoleh bagian dalam
kekudusan Allah.
Tugas kita
dalam kehidupan bersama dengan orang lain ialah menyatakan kebaikan Alah kepada
setiap orang, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang” (Filipi
4:5) Kebaikan yang dimaksud ialah dengan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.
Roma 12: 21 mengatakan “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi
kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan”.
KESETIAAN
Buah Roh
“kesetiaan” diterjemahkan dari kata Yunani “Pistis”. Kata pistis
selain diterjemahkan dengan kata kesetiaan; juga dapat diterjemahkan
dengan arti “iman”. Kedua arti ini saling melengkapi. Dengan
demikian bila kita berbicara tentang kesetiaan maka kita harus mengaitkan
dengan iman. Sebab tindakan iman baru dapat terwujud apabila dilandasi oleh
sifat kesetiaan. Dan kesetiaan baru dapat terwujud apabila dilandasi oleh
kepercayaan penuh.
Menurut
Ulangan 7: 9 dinyatakan bahwa kesetiaan Allah kepada umatNya adalah tanpa
batas, “Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN Allahmu, Dialah Allah,
Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setiaNya terhadap orang
yang kasih kepadaNya dan berpegang pada perintahNya, sampai kepada beribu-ribu
keturunan”. Puncak dari kesetiaan Allah kepada umatNya ialah kehadiran
Kristus Yesus di dunia yang memperlihatkan kasih setiaNya sampai mati.
Apabila
Allah begitu setia kepada kita maka sudah sepatutnya apabila kita setia
kepadaNya. Dalam kitab Wahtu 2: 10 terdapat seruan mengajak
kita demikian, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan
mengarunikan kepadamu mahkota kehidupan”. Dari seruan Tuhan dalam kitab
Wahyu ini kita dapat melihat bahwa kesetiaan yang diminta Tuhan adalah
kesetiaan di dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Sikap
kesetiaan dalam iman inilah yang harus kita perlihatkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik kepada Allah maupun kepada sesama (Bdk. I Korintus 4: 1-2).
Kesetiaan kepada Allah dan kepada sesama tidak dapat dipisahkan. Hanya setia
kepada manusia tanpa kepada Allah atau sebaliknya adalah kesetiaan yang semu
(Matius 23: 23).
KELEMAHLEMBUTAN
Buah Roh “kelemahlembutan”
diterjemahkan dari kata Yunani ‘prautes’. Sering kali sifat
kelemahlembutan dipahami sebagai sifat yang lemah dan tidak tegas. Tetapi dalam
Matius 5: 5 Tuhan Yesus mengatakan, “Berbahagialah orang yang lemah lembut,
karena mereka akan memiliki bumi.”
Mengapa
Yesus mengatakan bahwa orang yang lemahlembut akan memiliki bumi? Untuk
menjawab pertanyaan ini maka kita perlu melihat arti kata
lemahlembut (prautes) itu sendiri. Di dalam kata
prautes ini terkandung makna rendah hati, patuh
pada kehendak Allah, tidak sombong untuk menerima teguran dan pengajaran serta
dapat mengendalikan amarah; dan apabila ia marah maka kemarahannya itu tidak
untuk kepentingannya sendiri/kepuasan hatinya tetapi untuk kepentingan orang
lain. Sehingga orang tersebut tetap terpelihara iman percayanya kepada Tuhan.
Dari uraian
arti kata lemahlembut di atas maka kita dapat melihat bahwa memang sudah
sewajarnya apabila orang yang lemahlembuh dikatakan memiliki
bumi. Kata “memiliki bumi” adalah bahasa kiasan untuk
memperlihatkan bahwa dimana pun orang yang lemahlembut ini berada kehadirannya
diterima dan disambut baik oleh semua orang. Sebab ia adalah orang yang
berprinsip, tegas, rendah hati, mau menerima teguran dan nasehat orang lain
serta rela membimbing orang lain ke jalan yang benar.
Kristus
Yesus memberikan contoh yang sempurna mengenai kelemahlembutan ini. Yesus yang
walaupun Allah tidak menyombongkan ke-Allah-anNya (Filipi 2: 1-11). Ia datang
dengan penuh kelemahlembutan dankerendahan hati (Matius 11:29). Pada saat
Kristus membersihkan Bait Suci dari para pedagang kemarahanNya tidak
untuk kepuasan diri sendiri atau untuk memamerkan keberaniaanNya. Tetapi
kemarahanNya itu bertujuan untuk mendidik orang banyak dan para murid bahwa
orang harus menghormati Allah dan menjaga kekudusan tempat ibadah.
Dalam
Perjanjian Baru, pengertian kelemahlembutan selalu ditempatkan sebagai
suatu sikap untuk membimbing orang lain. Ini terlihat dalam II Timotius 2: 25, “Ia
harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemahlembut dapat menuntun orang…”
Hal ini dikuatkan kembali dalam Galtia 6:1, “Maka kamu yang rohani
harusmemimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemahlembut.”
Dengan
demikian, sikap lemah lembut bukanlah sikap yang lemah melainkan sikap pribadi
yang baik dan dewasa dalam iman. Sehingga di manapun kehadiran orang
seperti ini selalu menyenangkan orang lain serta dapat membimbing orang
lain ke jalan yang benar di dalam Tuhan.
PENGUASAAN
DIRI
Buah Roh
penguasaan diri diterjemahkan dari kata “egkrateia”. Makna pengertian egkrateia
menunjuk pada kemampuan diri untuk menguasai dan mengendalikan diri sedemikian
rupa sehingga tidak membiarkan diri terbawa oleh perasaan dan tindakan yang
tidak terkendali. Dengan demikian, unsur yang dikendalikan adalah segenap
aktivitas kepribadian yang menyangkut akal budi, emosi atau perasaan dan
kehendak atau kemauan. Apabila kita tidak dapat menguasai diri maka kita akan
jatuh ke dalam berbagai perbuatan dosa. Kita akan menjadi manusia yang kasar
dan liar tindakannya. Oleh sebab itulah dalam II Timotius 4: 5 kita mendengar
seruan sebagai berikut, “Kuasailah dirimu dalam segala hal.” Juga dalam
Titus 2: 6 kita mendengar seruan, “…Supaya mereka menguasai diri dalam
segala hal.”
terimakasih atas Buah Roh sekaligus Buah kehidupannya...
BalasHapusgbu...