Pergolakan Remaja
Nara
Sumber:
Pdt.Dr. Paul
Gunadi
Abstrak:
Masa remaja
adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap dialami remaja adalah
pergolakan rohani di mana remaja mulai menolak nilai-nilai yang tadinya dianut.
Berikut akan dipaparkan penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang sebaiknya
diberikan orangtua
Masa remaja
adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap dialami remaja adalah
pergolakan rohani di mana remaja mulai menolak nilai-nilai yang tadinya dianut.
Berikut akan dipaparkan penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang sebaiknya
diberikan orangtua.
- Pada masa remaja anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan melihat jauh ke muka. Lewat kemampuannya berpikir abstrak, remaja mulai memertanyakan hal-hal yang ia alami atau lihat. Jika sebelumnya semua dilihat dan diterima tanpa pertanyaan, sekarang dengan kemampuannya berpikir abstrak, remaja mulai memertanyakan hal-hal yang dianggap tidak masuk akal. Pada masa inilah mungkin remaja melihat ketidakadilan di dalam dunia dan mengaitkannya dengan keadilan Tuhan. Ia mulai bertanya, jika Tuhan ada, mengapakah Ia membiarkan ketidakadilan terus merajalela?
Sebagai orangtua kita mungkin terkejut mendengar
pertanyaannya. Kita mungkin mengira bahwa anak remaja kita telah murtad dan
meninggalkan imannya. Semua reaksi ini wajar sebab keluar dari hati yang takut
akan Tuhan dan dari keinginan melihat anak terus setia mengikut Kristus. Namun
ada baiknya kita berusaha keras menahan emosi marah. Sedapatnya janganlah ketus
menuduh anak murtad atau malah dikuasai iblis. Sebaliknya, dengan sikap lembut,
berupayalah menjawab pertanyaan anak selogis mungkin. Ingat, pada tahap
pertumbuhannya ini, remaja mulai berpikir abstrak dan ini berarti ia bergantung
penuh pada pengunaan daya nalarnya.
- Pada masa remaja anak berada pada posisi labil akibat perubahan fisik dan hormonal sehingga rawan mengambil keputusan secara impulsif, tanpa berpikir panjang. Tidak jarang, remaja memutuskan untuk melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya sehingga jatuh ke dalam dosa. Kejatuhan ini membuatnya enggan untuk dekat dengan Tuhan dan mendorongnya untuk hidup terpisah dari Tuhan. Misalnya, remaja mulai terlibat dalam pornografi dan bergumul dengan kekudusan. Besar kemungkinan pergumulan ini membuatnya merasa diri kotor dan tidak layak untuk datang ke hadirat Tuhan. Akhirnya remaja memilih untuk menjauh dari persekutuan dan ibadah.
Sebagai orangtua, kita harus peka dengan pergumulan
remaja melawan dosa. Kita mesti menunjukkan bahwa kita mengerti betapa sulitnya
memertahankan kekudusan. Kita dapat menyampaikan kepadanya bahwa kita pun
pernah melewati masa pergumulan yang serupa dan mengakui bahwa tidak selalu
kita berhasil menang melawan godaan. Kita mungkin dapat membagikan kepadanya
bahwa ada momen di dalam hidup ini dan kita pun tergoda untuk menyerah dan
mengambil sikap putus asa.
Kita pun dapat membacakan pergumulan Paulus yang
diceritakan di Roma 7:15, "Sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu.
Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku
benci, itulah yang aku perbuat." Atau Musa yang tidak menaati perintah
Tuhan di Meriba, Daud yang jatuh ke dalam dosa perzinahan dan pembunuhan, dan
Petrus yang jatuh ke dalam dosa dusta dan ketidaksetiaan. Semua adalah anak
Tuhan yang berusaha mengikut Tuhan namun di dalam perjalanannya, adakalanya anak
Tuhan pun jatuh. Terpenting adalah kita mengakui dosa, bangkit dan berjalan
kembali.
- Pada masa remaja anak mengembangkan kemandirian dan salah satu bentuknya adalah memiliki pemikiran dan pendapat sendiri. Salah satu karakteristik kedewasaan adalah kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri, tanpa harus tunduk pada kehendak orang. Sebagai seorang anak yang tengah berjalan menuju ke arah kedewasaan, ia pun akan mulai mempraktekkan kemandiriannya dalam pengambilan keputusan.
Menyangkut hal rohani, pada akhirnya remaja harus
membuat iman kepercayaan kita sebagai milik pribadinya. Bila di masa lampau ia
hanya mengikuti pengarahan kita, sekarang ia harus menempuh sebuah perjalanan
rohani sehingga ia dapat tiba pada kesimpulannya sendiri. Singkat kata, iman orangtua
harus menjadi imannya sendiri. Itu sebabnya kita harus membimbing sekaligus
memberinya ruang untuk menggumulkan imannya sendiri. Iman yang tidak pernah
dimilikinya sendiri pada akhirnya akan menjadi iman yang tidak bisa berdiri
sendiri. Apabila pada masa kecilnya kita telah menanamkan Firman Tuhan pada
dirinya, maka pada masa remaja, Firman Tuhan akan terus bersemayam di hatinya.
"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya , maka pada masa
tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6)
- Pada masa remaja anak memasuki sebuah dunia yang jauh lebih kompleks dan terekspos kepada pelbagai keyakinan rohani dan moral yang lain. Teman-temannya tidak lagi seiman dan kalau pun seiman, ada yang memiliki nilai moral yang berbeda. Tidak bisa tidak, semua ini akan memberi pengaruh pada pertumbuhan imannya. Ia pun mulai memertanyakan kebenaran iman kristiani yang tadinya dipeluk tanpa ragu. Itu sebabnya pada masa ini remaja kerap bertanya tentang keyakinan rohani lainnya karena memang, ia ingin tahu kebenaran.
Sebagai orangtua, kita mesti menyikapi pertanyaan ini
dengan bijak dan penuh pengertian. Terus paparkanlah apa yang dikatakan oleh
Firman Tuhan tanpa harus menyerang dan menjelek-jelekan keyakinan lainnya.
Sikap keras terhadap keyakinan lain hanyalah berdampak buruk. Pertama, ia akan
merendahkan orang yang berkeyakinan lain dan jika ini terjadi ia tidak akan
dapat mengasihi mereka. Kedua, ia justru berbalik dan marah kepada kita,
orangtuanya, oleh karena ia merasa kita terlalu menghakimi. Ingatlah bahwa pada
dasarnya ia tengah membicarakan tentang teman-temannya yang dinilai baik. Itu
sebabnya komentar kita yang mendiskreditkan mereka tanpa mengenalnya hanya atas
landasan perbedaan keyakinan, akan membuatnya mengecap kita sebagai orang yang
tidak baik.
- Pada masa remaja anak harus berhadapan dengan godaan dosa dalam volume yang tinggi sekaligus dituntut untuk bertahan dalam kehendak Tuhan. Tidak bisa tidak, hal ini akan menimbulkan ketegangan yang kuat. Di tengah tarik-menarik ini remaja akan bergerak ke ekstrem kanan dan kiri: kadang teguh namun kadang lemah.
Sekurangnya ada tiga reaksi terhadap dosa:
- menyerah namun mengakui keberdosaan kita,
- melawannya, dan
- melabelkan dosa sebagai bukan dosa.
Adakalanya remaja berhasil melawan, namun kadang ia
gagal dan menyerah. Namun kadang, daripada mengakui kekalahannya, ia justru
mendistorsi realitas dan perintah Tuhan, menjadikan perbuatannya tidak berdosa.
Nah, pada waktu ia mendistorsi Firman Tuhan inilah, remaja biasanya bersitegang
dengan kita. Ia melawan dan menuduh kita "mau menang sendiri" dan
memertanyakan dasar kesimpulan kita apakah sesuatu itu dosa atau tidak. Pada
dasarnya ia tengah berupaya membenarkan tindakannya supaya ia dapat terus
berkubang di dalam dosa.
Sebagai orangtua kita mesti berdiri pada Firman Tuhan
dan tidak menuruti pikirannya jika memang ia keliru. Namun, kita pun mesti
sabar dan lembut dalam menyikapi pemberontakannya. Kita harus menyampaikan
kepadanya bahwa kita mengerti pergumulannya dan akan terus mendoakannya. Kita
mesti mengatakan bahwa kenyataan kita tidak bisa hidup sesuai dengan Firman
Tuhan, itu tidak berarti kita boleh menurunkan standar Tuhan. Doronglah ia
untuk mengakui keterbatasannya dan memohon pengampunan Tuhan. Ajaklah ia untuk
terus berusaha kendati susah.
- Pada masa remaja anak harus berpapasan dengan ketidaksempurnaan dan ketidakkonsistenan. Mungkin remaja melihat tindakan orangtua yang tidak sesuai dengan perkataannya; atau, mungkin remaja mendengar atau mengetahui kasus kejatuhan pembina rohaninya. Semua ini berpotensi melemahkan iman kepercayaannya. Bagi remaja, kegagalan panutan rohaninya merupakan kegagalan iman kristiani. Tidak heran ada sejumlah remaja yang akhirnya meninggalkan iman kristiani dan hanya melandaskan kehidupan rohaninya pada doktrin, "terpenting adalah berbuat baik."
Sebagai orangtua, jangan kita membela diri tatkala
memang kita telah hidup tidak konsisten dengan ajaran Kristus. Akuilah
kegagalan sendiri tanpa perlu merasa defensif. Terpenting adalah kita bertobat
dan tidak mengulang masalah yang sama. Jikalau ini menyangkut
ketidakkonsistenan Pembina rohaninya, akuilah dan jangan mencoba menutupinya.
Tindakan ini hanyalah akan memerparah ketidakpuasannya.
Tuhan Yesus berkata, "Garam memang baik, tetapi
jika garam menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?" (Lukas 14:34).
Memang sewaktu seorang Pembina rohani jatuh, itu sama dengan garam yang telah
menjadi tawar dan membuat hati kita tawar. Tidak ada lagi keinginan untuk hidup
kudus dan berkenan kepada Tuhan; sewaktu mendengar orang berkata-kata tentang
Tuhan maka reaksi awal adalah tidak ingin menggubrisnya. Kita mengalami
disilusi dan kecewa. Sungguhpun demikian ingatlah bahwa kita hidup untuk
Kristus, jadi kita harus terus memandang-Nya, bukan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda...
Agar dapat turut membangun Majalah Remaja ini
bagi yang tidak memilik acount dapat berkomentar sebagai anonymous...
Terimakasih
god bless...